Clock

Wednesday, February 27, 2008

PERSEMBAHAN UNTUK AYAHKU

Malam itu terasa begitu dingin. Angin bergerak menembus cakrawala jiwa dalam benakku. Hasratku begitu pilu oleh perpisahan itu. Perpisahan dimana sementara aku akan kehilangan bimbingan penuh kasih tiada tara sebagai bekal hidupku yang akan datang. Hatiku bergetar disaat aku menjabat tanggannya. Aku bagaikan manusia kerdil yang menyentuh malaikat dengan penuh sinar keabadian di kala itu. Namun, seiring waktu yang mengalun deras, tak dapat jua aku menahan isak tangis dalam hatiku. Aku merasa sangat kehilangan seorang pahlawan hidup yang tak dapat aku jumpai secara nyata dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan.
Ayahku, beliaulah tonggak harapan segala asa-ku. Penegak segala jati diriku yang tak mungkin goyah. Beliau telah meletakkan besarnya semangat jiwa di atas pundak impianku. Mataku berkaca-kaca dikala perpisahaan sementara itu. Akan tetapi diriku telah berjanji akan selalu berjuang untuk melawan segala impian yang telah beliau tancapkan dalam akar hatiku. Aku berjanji akan hal itu, nyawaku adalah taruhannya.
Aku berjanji bahwa aku tak akan pernah menyia-nyiakan segala kepercayaan yang telah beliau berikan padaku, segala pengorbanan yang telah beliau pertaruhkan dengan nyawanya, dan sederas tetesan keringat yang telah beliau hasilkan untuk terus membuatku tetap bernyawa. Aku pilu apabila mengingatnya. Namun, aku harus tersadar bahwa akulah harapan beliau di masa akan datang. Dan aku akan terus berjuang untuk memenuhi segala impiannya. Aku janji…aku janji…aku janji…dan aku janji akan menggunakan segenap kepercayaan beliau dengan sebaik-baiknya.

Thursday, December 6, 2007

Take Care

Bumi seakan telah menjadi metafora suatu kehidupan. Semua tak dapat dipungkiri atau dikhianati. Kenyataan adalah suatu hal yang tabu untuk dilalui. Terkadang menyakitkan, namun terkadang mengembirakan. Semua hal memang terjadi begitu saja. Kitalah bagian dari suatu metafora itu sendiri. Hidup bukan hanya sekedar majas, namun suatu ironi. Semua berlandaskan pada ketetapan jiwa yang tangguh. Hidup tanpa kelemahan jika kita melawan. Semua bentuk akan tercipta menjadi suatu mimpi. Mimpi yang terdalam pada hati kita yang paling indah. Yaitu Cinta.......

Monday, November 26, 2007

Icha


Icha.....

Permata hatiku...

Kelembutan nafasku...

Penerang jiwaku...

Cahaya mimpiku...


Icha.....

Kamu nyata dihidupku..

Kamu berharga dihidupku..

Engkaulah impianku...

Melebihi diriku...


Icha....

Hanya engkaulah mahkota indahku dari surga...

Engkau telah tancapkan cinta dalam akar jiwaku...

Dan, aku tak ingin melepasnya...

Selamanya......

Thursday, September 6, 2007

Luka

Satu perih ciptakan rasa. Terasa perih dalam kebimbangan. Kepalsuan membangkit, teraba dalam raga, dan bercermin pada penantian. Rasa ini terus menunggu. Menjadikanku penuding sejati. Kebenaran tercipta bimbang. Dan aku bosan dengan kebimbangan. Diombang-ambingkan oleh ketidakpastian. Raga ini memang tercipta rasa. Keyakinanku atas itu terus membiru. Sebiru apai yang susah untuk dipadamkan. Aku hanyalah seorang pendosa. Yang bahkan tidak tahu apa artinya dosa. Makhluk pendendam yang fana terhadap dendam dan luka.

Sunday, May 20, 2007

Mereka

Mereka telah tersebar dosa dalam pengakuannya. Membasahi dinding yang telah dijadikan penyangga. Ketakutan telah membius jiwa raganya. Mereka selalu bersimpuh, bersujud, dan berdoa memohon agar belai kasih selalu datang dalam penghapusan dosanya. Mereka hanya diam, karena mereka tidak memiliki kekuasaan. Setiap gerbong yang mereka jalani selalu ditarik kembali oleh gerbong yang lebih kuasa. Bagaimana kita bisa menolong mereka?

Rasa yang terus hinggap dibenaknya hanyalah kesunyian. Gelas yang kosong, piring yang kotor, itulah jamahan mereka setiap hari. Mereka hanya bisa berpikir, tanpa bisa melakukan daya. Awan yang putih, mereka bilang hitam. Jalan yang ramai, mereka bilang sunyi. Rumput yang liar, mereka bilang hanya cobaan. Oh, apakah yang sebenarnya terjadi pada mereka?

Dalam batasan syair mereka mencoba menulis. Suatu kata indah yang tak dapat mereka jamah. Mereka itu rapuh bukannya putih. Selaput putih yang telah tercabik terus membuat mereka tegar. Mereka selalu bertanya, di mana wajah-wajah bopeng yang tidak pernah peduli pada kita? Apakah mereka hanya tidur di kursi malasnya? Atau apakah mereka sudah buta? Tanpa bisa melihat kebenaran dan perubahan, kita hanya bisa berharap pada keputusasaan.

Tuesday, May 15, 2007

Asa

Nafas adalah yang membuatku bernyawa. Bimbang adalah yang membuatku untuk memilih. Rapuh adalah yang membuatku tetap tegar. Dan Tuhan adalah yang membuatku tetap hidup.

Disetiap pagi aku selalu tersenyum. Menikmati langit yang cerah, udara yang sejuk, serta tetasan embun yang membasahi kelamunanku dalam mimpi. Disinilah aku hidup. Dalam dunia surga penuh nafsu. Seakan aku terbangun dalam mimpi, bukan nyata. Aku berkhayal, menginginkan sesuatu yang indah hadir dalam hidupku. Merenggut kejenuhanku yang mungkin sudah terlampau sesat. Aku menginginkan kebenaran, fakta, dan asa yang sesungguhnya. Aku lelah berdiri dalam kemunafikan. Aku lelah...........

Mungkin aku terlampau membenci duniaku. Hingga aku tak tahu siapa diriku yang sebenarnya. Mendekatkan diri pada Tuhan pun aku tak mampu. Kamu hanya ingin mengetahui kebenaran?? Dasar!!! Aku hanya ingin berpijak pada sandaran yang benar, bukanlah suatu kebodohan yang utuh. Perlahan aku mulai sadar, kebenaran tunggal hanyalah satu. Tuhanku....

Wednesday, April 18, 2007

Sanubari Cinta

Sejenak aku melangkah, dalam kehanyutan sepi yang telah meronai diriku. Hilang sudah semua rasa, cinta, hidup dan harapan. Setiap langkahku aku getarkan roda cinta dalam kasih putih. Sedih dalam kebanggaan, indah dalam kemusnahan. Mula-mula aku bertasbih. Mencari jati diriku yang sebenarnya. Awan gelap menyelimuti kerenunganku, hingga kudekap mesra melembut dalam keindahan. Harapan hanyalah harapan, kataku. Meskipun aku berharap, tak berharap, itu saja masih terasa berat.

Malaikat penjemput sebentar lagi menghampiriku. Memberikan keindahan senyumnya yang terasa indah pada ujung nafasku. Duniapun meronta, begitupula aku….. Dimana sanubari yang memberikan keabsahan cinta dalam pandangan suci manusia? Oh……..tanyaku dalam bisu. Mereka sadar, mereka tahu bahwa aku bukanlah apa, siapa, guna, dan cita. Aku hanyalah lempung yang diinjak dengan tangan, kemudian diputar dan dibakar sampai hilang akal. Ya, tapi aku adalah sesuatu, gumamku dengan semangat. Aku adalah sesuatu yang tidak dapat dengan enaknya dimainkan oleh manusia. Aku bernyawa dan aku berdosa. Keharuman wangi tubuhku telah membangkitkanku dalam harapan. Harapan yang indah yang terisi oleh sanubari cinta.


Kegelapan jiwa mulai aku hilangkan. Kucari kesucian hati yang ingin menjadi sebuah jawab. Kekekalan bukanlah suatu alami, melainkan sesuatu keabadian pada fananya dunia. Menghilangkan adalah sesuatu perbuatan yang jenuh dan jemu. Fajar pagi haripun tak bisa menjawabnya, bahwa kekal itu belum tentu abadi. Aku bukanlah seorang feminis, marxis, ataupun animis. Tapi aku tahu bahwa dunia ini tidaklah kekal, namun cintaku abadi selamanya bersamaMu.