Wednesday, February 27, 2008
PERSEMBAHAN UNTUK AYAHKU
Ayahku, beliaulah tonggak harapan segala asa-ku. Penegak segala jati diriku yang tak mungkin goyah. Beliau telah meletakkan besarnya semangat jiwa di atas pundak impianku. Mataku berkaca-kaca dikala perpisahaan sementara itu. Akan tetapi diriku telah berjanji akan selalu berjuang untuk melawan segala impian yang telah beliau tancapkan dalam akar hatiku. Aku berjanji akan hal itu, nyawaku adalah taruhannya.
Aku berjanji bahwa aku tak akan pernah menyia-nyiakan segala kepercayaan yang telah beliau berikan padaku, segala pengorbanan yang telah beliau pertaruhkan dengan nyawanya, dan sederas tetesan keringat yang telah beliau hasilkan untuk terus membuatku tetap bernyawa. Aku pilu apabila mengingatnya. Namun, aku harus tersadar bahwa akulah harapan beliau di masa akan datang. Dan aku akan terus berjuang untuk memenuhi segala impiannya. Aku janji…aku janji…aku janji…dan aku janji akan menggunakan segenap kepercayaan beliau dengan sebaik-baiknya.
Thursday, December 6, 2007
Take Care
Monday, November 26, 2007
Icha

Thursday, September 6, 2007
Luka
Sunday, May 20, 2007
Mereka
Rasa yang terus hinggap dibenaknya hanyalah kesunyian. Gelas yang kosong, piring yang kotor, itulah jamahan mereka setiap hari. Mereka hanya bisa berpikir, tanpa bisa melakukan daya. Awan yang putih, mereka bilang hitam. Jalan yang ramai, mereka bilang sunyi. Rumput yang liar, mereka bilang hanya cobaan. Oh, apakah yang sebenarnya terjadi pada mereka?
Dalam batasan syair mereka mencoba menulis. Suatu kata indah yang tak dapat mereka jamah. Mereka itu rapuh bukannya putih. Selaput putih yang telah tercabik terus membuat mereka tegar. Mereka selalu bertanya, di mana wajah-wajah bopeng yang tidak pernah peduli pada kita? Apakah mereka hanya tidur di kursi malasnya? Atau apakah mereka sudah buta? Tanpa bisa melihat kebenaran dan perubahan, kita hanya bisa berharap pada keputusasaan.
Tuesday, May 15, 2007
Asa
Disetiap pagi aku selalu tersenyum. Menikmati langit yang cerah, udara yang sejuk, serta tetasan embun yang membasahi kelamunanku dalam mimpi. Disinilah aku hidup. Dalam dunia surga penuh nafsu. Seakan aku terbangun dalam mimpi, bukan nyata. Aku berkhayal, menginginkan sesuatu yang indah hadir dalam hidupku. Merenggut kejenuhanku yang mungkin sudah terlampau sesat. Aku menginginkan kebenaran, fakta, dan asa yang sesungguhnya. Aku lelah berdiri dalam kemunafikan. Aku lelah...........
Mungkin aku terlampau membenci duniaku. Hingga aku tak tahu siapa diriku yang sebenarnya. Mendekatkan diri pada Tuhan pun aku tak mampu. Kamu hanya ingin mengetahui kebenaran?? Dasar!!! Aku hanya ingin berpijak pada sandaran yang benar, bukanlah suatu kebodohan yang utuh. Perlahan aku mulai sadar, kebenaran tunggal hanyalah satu. Tuhanku....
Wednesday, April 18, 2007
Sanubari Cinta
Sejenak aku melangkah, dalam kehanyutan sepi yang telah meronai diriku. Hilang sudah semua rasa, cinta, hidup dan harapan. Setiap langkahku aku getarkan roda cinta dalam kasih putih. Sedih dalam kebanggaan, indah dalam kemusnahan. Mula-mula aku bertasbih. Mencari jati diriku yang sebenarnya. Awan gelap menyelimuti kerenunganku, hingga kudekap mesra melembut dalam keindahan. Harapan hanyalah harapan, kataku. Meskipun aku berharap, tak berharap, itu saja masih terasa berat.
Malaikat penjemput sebentar lagi menghampiriku. Memberikan keindahan senyumnya yang terasa indah pada ujung nafasku. Duniapun meronta, begitupula aku….. Dimana sanubari yang memberikan keabsahan cinta dalam pandangan suci manusia? Oh……..tanyaku dalam bisu. Mereka sadar, mereka tahu bahwa aku bukanlah apa, siapa, guna, dan cita. Aku hanyalah lempung yang diinjak dengan tangan, kemudian diputar dan dibakar sampai hilang akal. Ya, tapi aku adalah sesuatu, gumamku dengan semangat. Aku adalah sesuatu yang tidak dapat dengan enaknya dimainkan oleh manusia. Aku bernyawa dan aku berdosa. Keharuman wangi tubuhku telah membangkitkanku dalam harapan. Harapan yang indah yang terisi oleh sanubari cinta.
Kegelapan jiwa mulai aku hilangkan. Kucari kesucian hati yang ingin menjadi sebuah jawab. Kekekalan bukanlah suatu alami, melainkan sesuatu keabadian pada fananya dunia. Menghilangkan adalah sesuatu perbuatan yang jenuh dan jemu. Fajar pagi haripun tak bisa menjawabnya, bahwa kekal itu belum tentu abadi. Aku bukanlah seorang feminis, marxis, ataupun animis. Tapi aku tahu bahwa dunia ini tidaklah kekal, namun cintaku abadi selamanya bersamaMu.