Clock

Sunday, May 20, 2007

Mereka

Mereka telah tersebar dosa dalam pengakuannya. Membasahi dinding yang telah dijadikan penyangga. Ketakutan telah membius jiwa raganya. Mereka selalu bersimpuh, bersujud, dan berdoa memohon agar belai kasih selalu datang dalam penghapusan dosanya. Mereka hanya diam, karena mereka tidak memiliki kekuasaan. Setiap gerbong yang mereka jalani selalu ditarik kembali oleh gerbong yang lebih kuasa. Bagaimana kita bisa menolong mereka?

Rasa yang terus hinggap dibenaknya hanyalah kesunyian. Gelas yang kosong, piring yang kotor, itulah jamahan mereka setiap hari. Mereka hanya bisa berpikir, tanpa bisa melakukan daya. Awan yang putih, mereka bilang hitam. Jalan yang ramai, mereka bilang sunyi. Rumput yang liar, mereka bilang hanya cobaan. Oh, apakah yang sebenarnya terjadi pada mereka?

Dalam batasan syair mereka mencoba menulis. Suatu kata indah yang tak dapat mereka jamah. Mereka itu rapuh bukannya putih. Selaput putih yang telah tercabik terus membuat mereka tegar. Mereka selalu bertanya, di mana wajah-wajah bopeng yang tidak pernah peduli pada kita? Apakah mereka hanya tidur di kursi malasnya? Atau apakah mereka sudah buta? Tanpa bisa melihat kebenaran dan perubahan, kita hanya bisa berharap pada keputusasaan.

Tuesday, May 15, 2007

Asa

Nafas adalah yang membuatku bernyawa. Bimbang adalah yang membuatku untuk memilih. Rapuh adalah yang membuatku tetap tegar. Dan Tuhan adalah yang membuatku tetap hidup.

Disetiap pagi aku selalu tersenyum. Menikmati langit yang cerah, udara yang sejuk, serta tetasan embun yang membasahi kelamunanku dalam mimpi. Disinilah aku hidup. Dalam dunia surga penuh nafsu. Seakan aku terbangun dalam mimpi, bukan nyata. Aku berkhayal, menginginkan sesuatu yang indah hadir dalam hidupku. Merenggut kejenuhanku yang mungkin sudah terlampau sesat. Aku menginginkan kebenaran, fakta, dan asa yang sesungguhnya. Aku lelah berdiri dalam kemunafikan. Aku lelah...........

Mungkin aku terlampau membenci duniaku. Hingga aku tak tahu siapa diriku yang sebenarnya. Mendekatkan diri pada Tuhan pun aku tak mampu. Kamu hanya ingin mengetahui kebenaran?? Dasar!!! Aku hanya ingin berpijak pada sandaran yang benar, bukanlah suatu kebodohan yang utuh. Perlahan aku mulai sadar, kebenaran tunggal hanyalah satu. Tuhanku....